Laman

Rabu, 24 Juni 2015

Stasiun Kereta Api Belawan 23 Januari 1883 Hari Jadi Kota Belawan?

Pemugaran Stasiun Belawan

Sejarah Jalur Kereta Api Sumatera Utara
NV. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) adalah perusahaan kereta api milik swasta Belanda yang dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda. DSM merupakan satu-satunya perusahaan kereta api swasta di Sumatera Utara (Atjeh Stoomtram  Staatspoorwegen (ASS) di Aceh, Staatspoorweg ter Sumatra’s Westkust (SSS) di Sumatera Barat dan Staatspoorweg in Zuid Sumatera (ZSS) yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pembentukan DSM pada awalnya merupakan usulan Mr. Cremer, manager perusahaan perkebunan tembakau bernama Deli Maatschappij. Ia menyarankan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar dibuka jalur kereta api untuk memudahkan pengangkutan hasil produksi. Pemerintah menanggapi saran tersebut dengan  memberikan konsensi kepada Deli Maatschappij untuk membangun jalan kereta api Belawan–Medan–Deli Tua–Timbang langkat (Binjai) pada 23 Januari 1883.4 Lima bulan kemudian Deli Maatschappij mengalihkan hak konsesinya kepada Deli Spoorweg Maatschappij–berkantor pusat di Medan–yang baru saja didirikan oleh perusahaan perkebunan tersebut. Pengalihan konsesi dimaksudkan agar Deli Maatschappij lebih fokus mengurusi perkebunan tembakau. Selama 50 tahun beroperasi, DSM telah mengeruk keuntungan besar, puncaknya pada tahun 1937 – 1939.
Pada masa pendudukan militer Jepang, DSM tidak dapat beroperasi karena dibekukan dan digabung dengan perusahaan-perusahaan kereta api lainnya di bawah Pemerintah Militer Jepang. Setelah berakhir masa Pemerintah Militer Jepang di Indonesia, DSM masih bertahan dalam menjalankan operasionalnya di tengah konflik perang. Tetapi dengan adanya pembatalan Konferensi Meja Bundar (KMB) secara sepihak oleh Indonesia pada 21 Februari 1956, DSM kemudian diambilalih oleh Pemerintah Indonesia pada 14 Desember 1957. Pada April 1963 pemerintah mengeluarkan peraturan baru mengenai perkeretaapian Indonesia, yaitu DSM harus dilikuidasi dan eks-perusahaannya digabung menjadi bagian dari PNKA Republik Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara.

Selasa, 23 Juni 2015

Masjid Al-Osmani (Masjid Labuhan)





Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee in Laboehandeli TMnr 10016536.jpg

Masjid Al-Osmani adalah sebuah masjid di Medan, Sumatera Utara. Masjid ini juga di kenal dengan sebutan Masjid Labuhan karena lokasinya yang berada di kecamatan Medan Labuhan. Masjid ini terletak di jalan K.L. Yos Sudarso Kel. Pekan Labuhan sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Medan. Tak jauh dari masjid ini ada sebuah pekong Lima Medan Labuhan dan di depan pekong tersebut ada sebuah jalan yang menuju ke pasar/pajak medan labuhan. ini adalah masjid tertua di kota Medan.
Masjid Al-Osmani dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pada 1870 hingga 1872 masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.
Di masjid ini juga terdapat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.
Ketika pertama kali dibangun pada tahun, ukuran Masjid Al Osmani hanya 16 x 16 meter dengan material utama dari kayu. Fungsi utamanya sebagai masjid tempat sultan melaksanakan salat serta kegiatan keagamaan. Masjid ini menjadi tempat melakukan syiar Islam.
Seiring dengan perkembangan, bangunan masjid kemudian mengalami perubahan. Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran besar-besaran terhadap bangunan masjid yang diarsiteki arsitek asal Jerman, GD Langereis. Selain dibangun secara permanen, dengan material dari Eropa dan Persia, ukurannya juga diperluas menjadi 26 x 26 meter. Renovasi itu selesai tahun 1872.
Rancangannya unik, bergaya India dengan kubah tembaga bersegi delapan. Kubah yang terbuat dari kuningan tersebut beratnya mencapai 2,5 ton Sementara kaligrafi dan lukisan bagian dalam kubah tidak kalah indah dengan Masjid Raya Al Mashun.

Senin, 22 Juni 2015

PELABUHAN BELAWAN




Pelabuhan Belawan

Pelabuhan Belawan dibangun pada tahun 1890 untuk memindahkan tembakau dari kereta api ke kapal laut. Pada tahun 1907, Pelabuhan Belawan diperluas dengan dibukanya bagian baru untuk para pedagang pribumi dan Cina, sedangkan pelabuhan yang lama digunakan untuk pelayaran asing.




 Kantor Rotterdamsche Lloyd di Belawan 1935

Kargo diperluas di awal abad ke 20 ketika perkebunan di Sumatera Utara Mulai mengekspor kelapa sawit dan karet. Selama tahun 1920, tambatan baru dibangun untuk Pelabuhan Belawan.
Pada tahun 1938, Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan terbesar di Hindia Belanda dihitung dari nilai kargo barang. 
Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1940-an, volume kargo turun signifikan. Pelabuhan Belawan tidak mencapai lalu lintas kargo kolonial sampai tahun 1960-an.

http://tembakaudeli.blogspot.com/2013/04/1890-pelabuhan-belawan-dibuka.html